Langsung ke konten utama

HUBUNGAN MORAL DAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN MANUSIA

https://akademicailmiah.blogspot.com/2020/09/hubungan-moral-dan-agama-dalam.html 


HUBUNGAN MORAL DAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN MANUSIA

Oleh: Hironimus Janggu

I.                   PENDAHULUAN

Moral dan agama merupakan dua kata yang tidak asing lagi di telinga manusia. Dikatakan demikian karena dua kata ini masing-masing berhubungan satu sama lain dan ada dalam diri manusia. Dengan kata lain hidup manusia selalu ada dalam ranah moral dan agama. Maka, moral dan agama sesungguhnya merupakan salah satu sarana memanusiakan manusia. Artinya bahwa peran moral dan agama adalah untuk membentuk kepribadian manusia agar tidak kehilangan eksistensinya sebagai manusia.

Menurut Thomas Aquinas, manusia adalah essere perfectissimum in tota natura, mahkluk yang lebih sempurna dari semua ciptaan.[1] Maka, tidak seharusnya manusia  terlepas dari moral atau agama karena moral dan agama saling berhubungan satu dengan yang lain untuk membentuk kepribadian manusia. Oleh karena itu, melalui paper singkat ini penulis mau mengulas bagaimana peranan moral dan agama dalam membentuk kepribadian manusia agar manusia bisa menjadi lebih manusiawi dalam kehidupannya sehari-hari.

 

II.                PEMBAHASAN

2..               2.1. Catatan kritis tentang Moral

Secara harafiah, kata moral berasal dari kata Latin mos dengan jamaknya mores yang berarti kebiasaan, adat istiadat. Dari kata ini diturunkan ajektif moralis yang diambil dari  bahasa modern ajektif dan substantife moral dan yang digunakan juga dalam Bahasa Indonesia.[2] Jadi, moral merupakan suatu sistem perilaku yang seharusnya ada atau berkenaan dengan suatu sistem hidup yang  didasarkan pada ketentuan umum untuk menghindari yang jahat dan melakukan yang baik. Sistem itu diambil dari hasil refleksi akal budi manusia sendiri yang bertujuan untuk membentuk kepribadian manusia.

 

     2.2. Catatan kritis mengenai Agama

Agama lahir, berkembang dan ada berdasarkan iman kepada Tuhan. Dalam arti tertentu agama berasal dari Tuhan dan merupakan anugerah bagi manusia. Tetapi dalam arti tertentu pula agama merupakan usaha manusia.[3] Itu berarti agama lahir dari dan oleh karena hubungan manusia dengan Yang Tertinggi (Tuhan). Tuhan menganugerahkannya kepada manusia dan manusia berusaha untuk menjawab dan mengerti akan pemberian Tuhan itu sehingga kelak manusia bisa mengaplikasikannya dalam keseharian hidupnya. Melalui anugerah Allah dan jawaban manusia itulah terbentuk apa yang dinamakan sebagai agama. Agama itu dikembangkan dalam suatu kelompok, suku dan masyarakat tertentu, sehingga agama tidak terlepas dari suatu kebiasaan, adat istiadat budaya dan cara hidup orang yang menganutnya.


2.3. Hubungan Moral dan Agama

Bermoral adalah hidup yang selaras dengan adat istiadat dan kebiasaan setempat dengan berbuat yang baik dan menjauhkan yang jahat. Karena hidup yang bernilai secara moral adalah hidup yang berdasarkan pada kesadaran pribadi, maka orang yang hidup secara moral baik adalah orang yang tahu apa yang dilakukannya, dan mau serta berniat untuk melakukannya secara nyata.[4] Setiap perbuatan moral yang dilakukannya tidak bergantung atau didorong oleh sesuatu yang lain di luar dirinya. Dengan kesadaran pribadinya ia berbuat sesuatu yang tentunya merupakan hasil pertimbangan dalam dirinya tentang yang baik dan yang buruk, yang salah dan yang benar.

Bagi orang yang beragama, kebaikan yang mendorongnya untuk hidup berpegang pada nilai moral bukanlah kebaikan yang ditemukan oleh akal sehat semata-mata atau hasil atas pertimbangan dalam dirinya sendiri melainkan berdasarkan moral agama yang dirumuskan dalam bentuk perintah-perintah agama.[5] Dalam agama diajarkan untuk melakukan hal yang baik dan menjauhkan yang jahat. Jika manusia beragama dengan baik tentunya ia melakukan hal yang baik sesuai apa yang diajarkan dari agamanya. Dan ia akan menjadi manusia yang bermoral.

Maka, moral dan agama masing-masing saling berhubungan dan tentunya mempengaruhi kepribadian manusia. Kedua-duanya mengajarkan tentang yang baik dan menjauhi yang jahat. Dengan tujuannya itu, moral dan agama mampu membentuk kepribadian manusia yang sedang bereksistensi sebagai manusia. Artinya bahwa peranan moral dan agama mampu memanusiakan manusia. Orang yang hidup agamanya baik pasti selalu melakukan hal yang baik pula. Karena ia tahu tentang yang baik dan yang buruk, yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan. Begitu pula halnya dengan moral. Orang yang bermoral adalah orang yang tahu tentang yang baik dan yang buruk, yang benar dan yang salah, yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan.


2.4. Peran Moral dan Agama dalam Membentuk Kepribadian Manusia

Moral erat kaitannya dengan ajaran tentang nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau kelompok sosial dalam mengatur tingkah lakunya.[6] Manusia hidup dalam tataran moral yang menjadi dasar dan landasan bagi kepribadian manusia. Di pihak yang sama, agama juga membentuk kepribadian manusia lewat ajaran-ajaran agamanya yakni saling mencintai dan berbuat baik. Maka, moral dan agama sama-sama membentuk manusia untuk bereksistensi sebagai manusia. Dengan kata lain, moral dan agama memanusiakan manusia. Tanpa kedua hal ini, manusia akan sama dengan binatang. Ada beberapa faktor yang mendorong manusia untuk beragama diantaranya adalah mendapat keamanan, mencari perlindungan, menemukan penjelasan, memperoleh pembenaran praktik kehidupan, dan tidak terlepas juga agama mampu meneguhkan tata nilai moral. Tata nilai moral inilah yang berhubungan kehidupan pribadi, hubungan dengan sesama, dan kehidupan bersama dalam masyarakat. Nilai-nilai itu dilestarikan, dikembangkan, dilaksanakan, diwujudkan dan dihayati guna membentuk kepribadian manusia.[7] Dengan demikian, agama tidak bisa dipisahkan dari moral dan juga moral tidak dipisahkan dari agama karena keduanya saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain dalam membentuk kepribadian manusia.

 

III.             PENUTUP

Moral dan agama merupakan dua hal yang melekat dalam diri manusia, karena keduanya merupakan unsur yang saling berkaitan dan berhubungan satu dengan yang lain dalam membentuk kepribadian manusia. Artinya bahwa agama dan moral memperjelas eksistensi manusia dalam keseharian hidupnya. Manusia tidak bisa terlepas dari dua hal itu. Karena tanpa moral dan agama, yang ada hanyalah manusia yang kehilangan eksistensinya dan akan menyamakan dirinya dengan binatang. Oleh karena itu, untuk menjadi manusia yang tetap eksist sebagai manusia hendaklah manusia yang menanamkan nilai moral dan agama dalam dirinya. Dikatakan demikian karena dengan bermoral dan beragama manusia mengetahui dan membedakan apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan, berbuat baik dan menjauhkan yang buruk agar kelak kita bisa menjadi manusia yang mempunyai eksistensi yang jelas. Dengan bermoral dan beragama, manusia bisa menghargai Allah sebagai penciptanya yang telah menciptakan dia di dunia sebagai makhluk mulia di antara segala ciptaan lain.



[1]Ferdinandus Sebo, Moral Dasar, (MS) (Maumere: STFK Ledalero, 2017), hlm. 46.

[2]Fransiskus Ceunfin, Etika Dasar, (MS) (Maumere: STFK Ledalero, 2005), hlm. 7.

[3]AM. Hardjana, Penghayatan Agama: yang Otentik dan yang Tidak Ttentik (Yogyakarta: Kanisuis, 1993), hlm. 5.

[4]Ibid., hlm. 85.

[5]Ibid., hlm. 85.

[6]Fransiskus Ceunfin, op, cit., hlm. 7.

[7]AM. Hardjana, op. cit., hlm. 14-20.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

IMPERATIF MORAL EMANUEL KANT DAN RELEVANSINYA BAGI PENDIDIKAN BUDI PEKERTI SEBAGAI UPAYA MERETAS KENAKALAN REMAJA DI INDONESIA

  https://akademicailmiah.blogspot.com/2020/11/imperatif-moral-emanuel-kant-dan.html IMPERATIF MORAL   EMANUEL KANT DAN RELEVANSINYA BAGI PENDIDIKAN BUDI PEKERTI SEBAGAI   UPAYA MERETAS KENAKALAN REMAJA DI INDONESIA Oleh: Alfonso Lisboa De Araujo (Aldo)   Abstrak: Nakal memanglah sesuatu yang wajar bagi pertumbuhan seorang remaja namun apabila nakal yang dilakukan oleh remaja terus dibiarkan tanpa pendampingan serta intervensi dari orang tua dan para pendidik, maka mereka akan mengangggap   kenakalan itu sebagai sesuatu yang urgen dan harus dipertahankan. Oleh karena itu Imperatif Moral Emanuel Kant adalah konfigurasi moral yang hadir sebagai solusi untuk meretas kenakalan remaja di Indonesia sehingga dapat menciptakan kehidupan harmonis serta kohesi sosial masyarakat.   I.      PENDAHULUAN Berbicara tentang moral bukanlah hal asing bagi kita, melainkan sesuatu yang dianggap urgen dan wajiib untuk dipelajari semua orang terle...

BRAHMANISME DAN BUDDHISME

https://akademicailmiah.blogspot.com/2020/09/brahmanisme-dan-buddhisme.html                BRAHMANISME DAN BUDDHISME Oleh:Hironimus Janggu I.  PENGA N TAR Sejarah kehidupan manusia tidak dapat disangkalli bahwa telah muncul berbagai aliran berpikir seiring lahirnya perkembangan peradaban manusia tersebut . Manusia mulai memikirkan berbagai hal yang bukan saja bersifat material t e tapi juga beralih pada refleksi hidup yang lebih mendalam atas karya alam semesta. Fenomena kosmik mulai direfleksikan sebagai bagian inheren dari realitas ke hidup an . Dalam hal ini a lam pun dipersonifikasi sesuai dalam hubungan dengan kebutuhan manusia. Ha l ini juga berimbas pada kenyataan hidup   yang memberi gambaran mendalam mengenai hidup yang muncul dalam berbagai pemikiran diberbagai belahan dunia. Pemikiran filosofis seperti ini terdapat pada zaman poros yang terjadi sekitar abad 6 - 4 SM . [1] Aliran berpikir mulai muncul sesuai denga...