https://akademicailmiah.blogspot.com/2020/09/peranan-maria-bagi-gereja-katolik.html
PERANAN MARIA BAGI GEREJA KATOLIK
oleh: Hironimus Janggu
I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar belakang
Maria
ialah ibu yang melahirkan Yesus, Dia yang diimani oleh para pengikut-Nya
sebagai Kristus yang disebut sebagai Mesias.[1] Mesias
datang ke dunia karena adanya seorang wanita kudus yang layak mengandung-Nya
yaitu Maria. Ia adalah orang kudus terbesar di dalam Gereja. Dalam Kitab
Suci Maria adalah figur yang paling banyak mendapat perhatian oleh Gereja
karena kedudukan dan peranannya dalam seluruh tata penyelamatan Allah bagi
manusia.[2]
Dia adalah orang kudus yang melampaui para kudus yang lain. Karena itu, Allah
memilih Maria untuk melahirkan Penebus. Kehadiran Maria dalam dunia tidaklah
sia-sia karena dengannya lahirlah penyelamat. Oleh karena perannya yang begitu
penting dalam karya penyelamatan, maka Gereja Katolik menempatkan Maria sebagai
bunda Gereja. Melihat hal itu, maka penulis mau mengkaji eksistensi Maria dalam
Gereja Katolik, dibawa judul: PERANAN MARIA BAGI GEREJA KATOLIK.
1.2.
Rumusan Masalah
1.2.1.
Siapa itu Maria
dalam Gereja Katolik?
1.2.2.
Apa peran Maria bagi Gereja?
1.2.3.
Apa tujuan devosi kepada Maria bagi Gereja Katolik?
1.3. Tujuan Penulisan
1.3.1. Untuk
mengetahui siapa itu Maria dalam Gereja Katolik.
1.3.2. Untuk
mengetahui peran Maria bagi Gereja Katolik.
1.3.3. Untuk mengetahui tujuan devosi kepada Maria bagi Gereja Katolik
II. PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian Maria
2.1.1. Pengertian
Maria
Menurut Santo Bernadus, nama ‘Maria’ berkaitan dengan
kata ‘mare’ yang berarti ‘laut’. Nama
ini kemudian diabadikan dengan menjuluki Maria sebagai “Stella Maris” yang
berarti “Bintang Laut”, sebagaimana dinyanyikan dalam himne “Ave Bintang Laut,
sungguh ibu Tuhan, dan tetap perawan, pintu gerbang surga.”[3] Nama ‘Bintang Laut’ untuk menggantikan
nama Maria yang tidak sering digunakan dalam Gereja sekarang ini. Tetapi
mengenai Nama ‘Maria’, Gereja Katolik menyebut dengan istilah Mariologi. Konsili
Vatikan II menepatkan bahwa mariologi adalah bagian dari teologi
Dogmatik-Spekulatif. Namun refleksi khusus mengenai Maria menimbulkan problem
teologis yaitu mengenai tempat mariologi dalam keseluruhan teologi Katolik.[4] Dalam
problem ini, Gereja menempatkan Maria sebagai Bunda yang dengan perantaraannya
atau dengan adanya Maria, Gereja melahirkan penyelamat dunia yaitu Yesus Kristus.
Gereja Katolik mengakui peranannya yang begitu penting dalam karya keselamatan maka
Maria patut dihormati dan dilihat sebagai Ratu Gereja.
2.1.2. Pengertian
Maria Bagi Umat Katolik
Maria adalah orang yang
sederhana, seorang gadis desa dari Nazareth. Yoakim dan Anna adalah nama ayah
dan ibunya. Ia adalah seorang yang saleh dan sederhana. Dalam kesederhanaannya,
ia hidup tanpa noda dosa, sejak dari dalam kandungan ibunya. Ia sungguh hidup
sempurna, karena Allah sendiri yang menjaga-Nya. Kesempurnaan Maria juga terletak dalam kerelaannya dalam melayani Tuhan,
dalam keterbukaannya mendengar dan menjawab panggilan Tuhan.[5] “Terjadilah
padaku menurut perkatanmu,” merupakan suatu jawaban yang menunjukan
kesempurnaan Maria dalam menerima dan mau melakukan kehendak Allah. Ini yang membuatnya
sebagai Master piece dari semua ciptaan Allah.
2.2.
Peran Maria bagi Gereja Katolik
Maria adalah ibu yang melahirkan Mesias. Ia adalah
sosok seorang ibu yang bukan hanya ibu Yesus melainkan ibu seluruh Gereja. Peran
keibuan Maria terhadap umat manusia sedikit pun tidak menyuramkan atau
mengurangi pengantaraan Kristus Putranya melainkan justru menunjukan
kekuatan-Nya.[6]
Melalui dan dalam Maria kita memperoleh keselamatan dari Allah dalam diri Yesus
Kristus Putera Allah, yang menjadi manusia dan dilahirkan dari Perawan Maria. Ia dirahmati secara khusus oleh
Allah di dalam panggilannya menjadi Bunda Allah.
Maria mempunyai peran dalam kehidupan kita Gereja Katolik,
yaitu: pertama, Maria sebagai mater advocata artinya pembela (membela
iman umatnya terlebih yang kecil, lemah, miskin, dan tersingkir). Kedua, Maria punya fungsi sebagai mater mediate artinya sebagai perantara
doa-doa kita kepada Allah, bukan berarti bahwa Maria sebagai perantara
sebagaimana peran Yesus, melainkan perantara dalam arti yang lebih Rendah.[7]
Perawan
Maria diakui dan dihormati oleh Gereja Katolik sebagai Bunda Allah dan Bunda penebus.[8] Pengakuan Akan peran Maria dalam Gereja Katolik
ditandai dengan penghormatan Gereja kepada Maria. Gereja menghormati Maria
karena peranannya dalam karya keselamatan. Lebih dari itu, dia juga bersatu
dengan Kristus sebagai kepala Gereja. Lambing persatuan Maria dengan Kristus
terlihat pada peristiwa di bawah kaki salib Putera-Nya. Pada saat itulah Kristus
menyerahkan Maria kepada Gereja.
Sejak itu, Maria mempersatukan diri-Nya dengan Kristus
sebagai Kepala Gereja. Ia menjadi orang yang paling dekat dengan Kristus. Karena peranannya sebagai
mempelai Ilahi, ia berada di antara Kristus dan Gereja. Ia bersatu dengan Kristus
sekaligus bersatu dengan Gereja. Karena itu, banyak devosi dan doa yang
dipanjatkan kepada Allah melalui Bunda Maria terkabul.
Oleh karena itu, Gereja Katolik melakukan penghormatan
atau devosi kepada Maria, dalam bentuk doa Salam Maria, Rosario, Litani Santa Maria,
Novena Kepada Maria, doa Malekat Tuhan (Angelus ) dan Ziara ke Gua Maria baik
secara pribadi maupun kelompok.
2.3. Devosi Pada Maria Bagi Umat Katolik
2.3.1.
Pengertian Devosi
Menurut C. Groenen dalam bukunya “Mariologi, Teologi dan Devosi” yang dikutip oleh Remigius Ceme, kata devosi berasal dari kata Latin "Devotio" (noun), devovere (verb), berarti suatu sikap hati manusia dan perwujudannya, yang dengannya manusia secara pribadi mengarahkan diri kepada sesuatu atau seseorang (sebagai objek sembahan), yang dihargai, dijunjung tinggi, dicintai dan dikejar.[9] Dalam tradisi Kristen, devosi dipahami sebagai bentuk penghayatan dan pengungkapan iman Kristiani di luar liturgi resmi.
2.3.2.
Tujuan Devosi
Kepada Maria
Devosi adalah bentuk penghayatan iman dalam hidup
nyata (hidup moral) dan ibadat. Pusat dan tujaun devosi adalah Allah dalam Yesus
Kristus. Dalam hal devosi kepada Maria, Maria bukan tujuan akhir, melainkan
menjadi alasan untuk menyembah dan memuji Allah. Dengan berdevosi kepada Maria,
kita dibawa untuk mengenal dan mencintai, memuliakan Tuhan dan mentaati
perintah-peritah-Nya.[10] Maria
adalah wanita Kudus dan sosok seorang yang taat kepada perintah-perintah Allah.
Keteladanan Maria patut diteladani dengan belajar dari Maria yang rendah hati
dan suci.
Maria adalah Bunda Yesus, Bunda Gereja dan Bunda bagi
kita umat Katolik. Hal ini bermula dari wafatnya Juruselamat kita Yesus Kristus,
Bunda Maria ditunjukan oleh Yesus untuk menjadikan Ibu bagi Yohanes salah satu
dari keduabelas muridnya. Maka sejak saat itulah Maria menjadi milik Gereja
sebagai ibu, dan Kristus mempercayakan umat-Nya kedalam tangan Bunda-Nya.
Sehingga Gereja Katolik membuat doa-doa, pujian-pujian dan lain-lain khususnya
untuk menghormati Maria.
Bunda Maria dipilih dan dirahmati secara khusus oleh
Allah, untuk melahirkan Petera-Nya. Rahmat yang diperoleh Maria semata-mata karena jasa Yesus
Kristus. Maria mengambil bagian secara penuh dalam karya keselamatan Allah bagi
manusia, karena melalui dialah, Juruselamat dilahirkan. Karenanya Ia menjadi
Bunda Allah sekaligus sebagai Bunda Gereja, sebagai ibu yang mempunyai rasa
cinta yang besar terhadap Gereja. Kelembutan hati dan kedekatannya kepada Allah, membuat dia menjadi tempat
bagi kita anak-anaknya untuk datang memohon bantuan melalui doa-doanya.
DAFTAR PUSTAKA
Ceme, Remigius. Merangki Identitas Maria. Maumere: Ledalero,
2017.
Dokumen Konsili
Vatikan II. Dokumen Konsili Vatikan II (penerj). R.
Hardawiryana. Jakarta: Obor, 2003.
Kirchberger, Georg.
Allah Menggugat:
Sebuah Dogmati Kristiani. Maumere: Ledalero, 2012.
Konferensi waliGereja
Nusa Tenggara. Katekismus Gereja Katolik.
penerj. Herman Embiuiru. Ende: Nusa Indah, 1995.
Schneiders, Nicolaas
Martinus. Orang Kudus Sepanjang Tahun. Jakarta: Obor, 2003.
[1]Georg Kirchberger, Allah Menggugat: Sebuah Dogmatik Kristiani
(Maumere: Ledalero, 2012), hlm. 439.
[2]Remigius Ceme, Merangki Identitas Maria (Maumere:
Ledalero, 2017), hlm. 1.
[3]Nicolaas Martinus Schneiders, Orang Kudus Sepanjang Tahun (Jakarta: Obor, 2003), hlm. 450
[4]Remigius Ceme, op. cit.,
hlm. 1.
[5]Georg Kirchberger, op. cit.,
hlm. 450.
[6]Dokumen Konsili Vatikan II, Dokumen Konsili Vatikan II (penerj). R. Hardawiryana (Jakarta:
Obor, 2003), hlm. 152.
[7]Perantaraan yang lebih rendah
dalam arti bahwa Maria tidak menyuramkan atau mengurangi pengantaraan Kristus
Putranya melainkan justru menunjukan kekuatan-Nya lewat Maria.
[8]Konferensi WaliGereja Nusa Tenggara,
Katekismus Gereja Katolik, penerj.
Herman Embiuiru (Ende: Nusa Indah, 1995), hlm. 249.
[9]Remigius Ceme, op. cit.,
hlm. 104.
[10]Remigius Ceme, op. cit.,
hlm. 124.
Komentar
Posting Komentar