Langsung ke konten utama

Thomas Armstrong, Ph.D dan Konsepnya Tentang Pendidikan

https://akademicailmiah.blogspot.com/2020/09/thomas-armstrong-phd-dan-konsepnya.html  


Thomas Armstrong, Ph.D dan Konsepnya Tentang Pendidikan

Oleh: Hironimus Janggu

I.                   PENDAHULUAN

Pendidikan adalah aktivitas sengaja dan terencana dari orang dewasa yang bertujuan memandirikan fisik dan mental seseorang. Hasan Langgulung mengatakan bahwa pendidikan yang baik adalah yang mampu memberikan sumbangan pada semua pertumbuhan individu dalam meningkatkan, mengembangkan dan menumbuhkan kesedian, bakat minat, bakat dan kemampuan akal seseorang.[1] Sebagai sebuah proses untuk memandirikan fisik dan mental seseorang, pendidikan juga mempunyai institusi tersendiri yakni sekolah. Dalam institusi ini, terdapat metode-metode pembelajaran yang digunakan untuk mengajar anak. Namun tidak bisa dimungkiri ada indikasi proses pembelajaran sekarang ini sering sekali menyimpang dari esensi pendidikan dengan logika yang tercampur aduk.

Kondisi ini mendorong para ahli psikologi untuk mencari dimensi lain dari kepribadian diri siswa yang merupakan indikator keberhasilan pembelajaran. Thomas Armstrong adalah salah satu tokoh pendidikan dengan Teori Ganda yang dikembangkan pada tahun 1983 oleh Dr Howard Gardner, seorang professor pendidikan di Harvard University, bahwa gagasan tradisional kecerdasan berdasarkan penguji IQ, jauh terlalu terbatas. Dr. Gardnerd mengusulkan delapan kecerdasan yang berbeda untuk menjelaskan yang lebih luas potensi manusia pada anak-anak dan orang dewasa. Hal ini yang menjadi landasan utama kelompok kami untuk membahas tentang “Thomas Armstrong, Ph.D dan konsep tentang pendidikan”.

II.                PEMBAHASAN

2.1.     Riwayat Hidup

Thomas Armstrong, Ph.D adalah penulis pemenang penghargaan dan pembicara dengan lebih dari tiga puluh tahun pengalaman mengajar. Ia mengajar mulai dari sekolah dasar hingga pada tingkat doktor dan lebih dari satu juta eksemplar buku-bukunya dicetak pada isu-isu yang berkaitan dengan pembelajaran dan pembangunan manusia.[2] Dia menulis untuk Ladies Home Jurnal, familly Circle (dimana ia menerima penghargaan dari Educational Press Association dan National Association of Secondary School Prinsipal), parenting (di mana ia menjadi kolumnis yang tampil secara teratur selama empat tahun), Mothering (di mana ia menjadi contributing editor) dan lainya lebih dari tiga puluh majalah, jurnal dan mengedit buku.

Thomas Armstrong Ph.D juga sangat terkenal baik di tingkat nasional maupun internasional lewat program televisi dan radio termasuk NBC’s ‘The Today Show’, CBS This Morning, CNN, The BBC, dan The Voice of America. Menampilkan artikel karyanya muncul dalam The New York Times, The Washington Post, USA Today, Investor’s Business Daily, Good Housekeeping dan ratusan surat kabar dan majalah lainya di seluruh negeri. Dr. Armstrong telah memberikan lebih dari 800 ceramah, lokakarya prestasi dan ceramah di 42 negara bagian dan 16 negara lainnya selama hampir Sembilan belas tahun.[3]

2.2.     Konsep Pendidikan Menurut Thomas Armstrong

Thomas Armstrong, Ph.D termasuk penulis yang beraliran progresivisme, karena ia berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar di masa mendatang. Dengan itu, pendidikan harus berpusat pada anak bukannya mefokuskan pada guru atau bidang muatan. Ia juga percaya bahwa anak-anak memiliki pengetahuan yang dibutuhkan untuk mengubah masyarakat dari sifat manusia kepada zaman baru kebebasan, kesetaraan dan perdamaian yang lebih terorganisir.[4] Selain itu, karya-karyanya juga merupakan hasil penelitian-penelitian dari proses pendidikan dengan tahap-tahap perkembangan anak, alam, alat indra yang dilakukan di sekolah-sekolah maupun lembaga-lembaga pendidikan yang dibantu dan diteliti baik oleh guru-guru maupun orang tua dari anak-anak didik.

Teori yang dikemukakan oleh Thomas Armstrong, Ph.D yaitu Teori Ganda yang dikembangkan pada tahun 1983 oleh Dr Howard Gardner, seorang professor pendidikan di Harvard University, bahwa gagasan tradisional kecerdasan berdasarkan penguji IQ, jauh terlalu terbatas.[5] Dr. Gardnerd mengusulkan delapan kecerdasan yang berbeda untuk menjelaskan yang lebih luas potensi manusia pada anak-anak dan orang dewasa. Kecerdasan ini adalah Linguistic Intelligence (Word Smart), kecerdasan logis-matematis (angka atau penalaran pintar), spatial intelligence (picture smart), kecerdasan kinestik jasmani (body smart), Musical intelligence (music smart), Interpersonal intelligence (orang pintar), Intrapersonal intelligence (selfsmart), kecerdasan naturalis (nature smart).[6]

2.3.     Implikasi Terhadap Pendidikan di Indonesia

Pendidikan yang intinya mendidik dan mengajar ialah pertemuan antara guru dan siswa yang dimana ada terjadi pemberian pengetahuan dari pihak guru terhadap yang belakangan yaitu siswa. Atas dasar pandangan filsafat yang bersifat dialogis ini, maka tiga dasar antropologis berlaku untuk universal, bukan hanya sosialitas dan individualitas melainkan juga moralitas. Teori yang dikembangkan oleh Thomas Armstrong, Ph.D yaitu Teori Kecerdasan Ganda yang dikembangkan pada tahun 1983 oleh Dr. Howard Gardner bahwa setiap individu memiliki delapan kecerdasan dalam dirinya yang dikenal dengan Multiple Intelegences (MI), yaitu kecerdasan: Linguistik, Matematis-Logis, special, Kinestik-Jasmani, Musical, Inter personal, Intra Personal dan Naturalis.[7]

Bertolak dari itu, kami coba melihatnya dari berbagai segi untuk mengaitkannya dengan pendidikan di Indonesia.

2.3.1.      Dasar Antropologis

Dengan adanya kedelapan kecerdasan yang ada pada diri anak, maka guru harus mampu mengoptimalkan kecerdasan majemuk yang dimiliki setiap anak untuk mencapai kompetensi tertentu yang dituntut oleh sebuah kurikulum dengan cara menerapkannya pada situasi pendidikan yang berkaitan erat dengan kondisi sosialnya sehingga individu-individu tersebut menjadi individu-individu yang baik secara pengetahuan dan moral.

2.3.2.      Dasar Ontologis

Secara ontologis setiap ilmu dengan jelas dan pasti mempunyai batas-batas penjelajahannya. Pendidikan dalam praktik terbebas dari keragu-raguannya, maka objek formal ilmu pendidikan dibatasi pada manusia seutuhnya di dalam fenomena dan situasi pendidikan. Dalam situasi sosial manusia sering berprilaku tidak utuh dan hanya menjadi makhluk berprilaku individual atau mahkluk sosial yang berprilaku kolektif. Hal ini bisa dan dapat diterima dan dengan dibatasi pada ruang lingkup pendidikan makro yang berskala besar mengingat adanya konteks sosio-budaya yang terstruktur oleh sistem nilai tertentu. Tetapi, pada latar mikro sistem nilai harus terwujud dalam hubungan inter dan antarpribadi yang menjadi syarat mutlak bagi terlaksananya pendidikan yang berskala mikro. Hal ini terjadi mengingat pendidik yang berkepribadian personal secara utuh memperlakukan peserta didiknya secara terhormat sebagai pribadi pula. Hal ini terlepas dari faktor umum, jenis kelamin maupun pembawaannya.

MI akan sangat efektif bila dikembangkan menjadi strategi pembelajaran khususnya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang hanya mengacu pada dominan belajar yang yang dikemukakan oleh Bloom, yaitu kognitif, psikomotor dan afekif, karena dengan pendekatan MI membuat siswa atau para pelajar lebih bergairah, lebih menyenangkan, lebih dinamis dan lebih variatif. MI dikembangkan dari adanya fenomena-fenomena dan situasi pendidikan yang menganggap bahwa konsep kecerdasan seorang hanya ada pada intellegencess Question (IQ) saja tanpa menitik beratkan pada kemampuan berbahasa dan logika.[8]

2.3.3.      Dasar Epistemologis

Epistemologis dalam ilmu membahas proses pendauran cara berpikir yang bersifat rasional dan empiris. Dasar epistemologis diperlukan oleh pendidik atau pakar pendidikan demi mengembangkan ilmunya secara produktif dan bertanggung jawab. Sekalipun pengumpulan data di lapangan sebagian dapat dilakukan oleh tenaga pemula, talaah atas objek formil ilmu pendidikan memerlukan pendekatan fenomenologis yang akan menjalin studi empirik dengan studi kualitas fenomenologis. Pendekatan ini bersifat kualitatif yang artinya melibatkan pribadi dan diri peneliti sebagai instrumen pengumpulan data secara positivisme.[9] Karena itu, penelaah dan pengumpulan data diarahkan oleh pendidik atau ilmuwan sebagai pakar yang jujur dan menyatu dengan objeknya.

Dengan demikian, uji kebenaran pengetahuan sangat diperlukan secara korespondensi dan koheren sekaligus praktis atau pragmatis. Sangat jelas bahwa konsep MI lahir sebagi koreksi terhadap konsep kecerdasan yang meletakan dasar kecerdasan seseorang pada IQ saja. Tes IQ yang dikembangkan oleh binet menurut Gardner belum mengukur kecerdasan seseorang yang sepenuhnya. Karena seseorang yang cerdas tidak dapat diwakili oleh dua jenis kecerdasan yaitu linguistic dan matematis-logis, melainkan harus meliputi delapan jenis kecerdasan. Dengan demikian lahirlah teori MI yang akhirnya digunakan sebagai pendekatan pembelajaran dalam menentukan strategi pendidik untuk diterapkan dalam proses pembelajaran.

2.3.4.      Metode Pendidikan

Strategi pembelajaran MI pada hakikatnya adalah upaya mengoptimalkan kecerdasan majemuk yang dimiliki setiap siswa untuk mencapai kompetensi tertentu yang dituntut oleh sebuah kurikulum. Armstrong mengatakan bahwa dengan teori kecerdasan majemuk, memungkinkan guru mengembangkan strategi pembelajaran inovatif dan relatif baru dalam dunia pendidikan. Meskipun demikian Armstrong menambahkan bahwa tidak ada rangkain pembelajaran yang bekerja secara efektif untuk semua siswa. Setiap siswa memiliki kecendrungan tertentu pada kedelapan kecerdasan yang ada.

Oleh karena itu, mungkin akan efektif pada sekelompok siswa, tetapi akan gagal bila diterapkan pada kelompok lain. Atas dasar ini, sudah seharusnya guru memperhatikan jenis kecerdasan yang menonjol pada masing-masing siswa agar dapat menentukan strategi pembelajaran yang tepat dan dapat mengoptimalkan potensi yang ada dalam diri siswa.[10] Meskipun demikian, tidak tertutup kemungkinan bahwa setiap strategi yang ada pada masing-masing kecerdasan dapat mengimpelentasikan untuk semua mata pelajaran yang ada dalam kurikulum. Perlu diingat bahwa teori MI bukan saja merupakan konsep kecerdasan yang ada pada diri masing-masing individu tetapi juga strategi pembelajaran yang ampuh untuk menjadikan siswa keluar pada jenis kecerdasan tertentu.

2.4.     Catatan Kritis

Strategi pembelajaran MI adalah suatu upaya mencapai kompetensi tertentu dalam pembelajaran dengan cara mengoptimalkan delapan kecerdasan yang dimiliki setiap pribadi siswa. Ini adalah salah satu cara mengakseskan informasi pada setiap pribadi siswa untuk mengeluarkan seluruh kecerdasan bersinergi dalam kesatuan-kesatuan yang unik dan sesuai dengan kebutuhannya. Sehingga mampu memecahkan masalah-masalah pembelajaran dengan cara menakjubkan. Strategi ini menjadikan siswa sebagai sang juara pada bidang-bidang tertentu sesuai dengan kecerdasan yang menonjol yang dimilikinya. Ini menuntut para guru untuk menerapkannya strategi dalam dunia pendidikan khususnya dalam cara mengajar. Selain itu guru juga mesti kreatif mencari terobosan untuk mengoptimalkan semua jenis kecerdasan yang ada. Melakukan pembelajaran yang menyenangkan merupakan sesuatu yang utama dan harus diupayakan dalam dunia pendidikan.

III.             PENUTUP

Teori pendidikan yang dikemukakan oleh Thomas Armstrong, Ph.D yaitu Teori Ganda yang dikembangkan pada tahun 1983 oleh Dr Howard Gardner merupakan salah satu jalan menuju kesuksesan yang baik dan untuk diterapkan dan dipraktikan dalam dunia pendidikan. Pendidikan yang baik merupakan pendidikan yang membawa manusia pada tahap pengenalan diri dan sadar akan keberadaannya sebagai manusia. Sekian banyak manusia yang karena kurang mendapatkan pendidikan yang baik dan cocok, mengalami kegagalan untuk mengenal akan dirinya sebagai manusia. Dengan menggunakan metode yang diusulkan oleh Dr. Gardnerd yaitu delapan kecerdasan memampukan manusia untuk menjadi manusia yang bermoral. Sehingga, pendidikan berguna dalam kehidupan manusia dan dengan pendidikan bisa menghasilkan manusia yang berguna bagi nusa dan bangsa.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

BUKU-BUKU

Latipah, Eva. Pengantar psikologi pendidikan .Yogyakarta: Pedagogi 2012.

Nurudin, Muhammad. Kiat Menjadi Guru Profesional. Yogyakarta: Prismasophie 2004.

INTERNET

https://www.membumikanpendidikan.com/2015/02/thomas-armstrong-penggiat-pembelajaran.html.

http://ensiklo.com/2015/11/11/inilah­8­jenis­kecerdasan­si­kecil­menurut­thomas­armstrong/.html.

http://www.bincangedukasi.com/the-best-schools-2/htm.

 



[1]Muhammad Nurudin, Kiat Menjadi Guru Profesional, (Yogyakarta: Prismasophie, 2004), hlm. 50.

[3]Ibid.

[4]Ibid.

[5]Ibid.

[8]Eva Latipah, Pengantar Psikologi Pendidikan (Yogyakarta: Pedagogi, 2012), hlm. 153.

[10]Eva Latipah, op.cit., hlm. 162.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

IMPERATIF MORAL EMANUEL KANT DAN RELEVANSINYA BAGI PENDIDIKAN BUDI PEKERTI SEBAGAI UPAYA MERETAS KENAKALAN REMAJA DI INDONESIA

  https://akademicailmiah.blogspot.com/2020/11/imperatif-moral-emanuel-kant-dan.html IMPERATIF MORAL   EMANUEL KANT DAN RELEVANSINYA BAGI PENDIDIKAN BUDI PEKERTI SEBAGAI   UPAYA MERETAS KENAKALAN REMAJA DI INDONESIA Oleh: Alfonso Lisboa De Araujo (Aldo)   Abstrak: Nakal memanglah sesuatu yang wajar bagi pertumbuhan seorang remaja namun apabila nakal yang dilakukan oleh remaja terus dibiarkan tanpa pendampingan serta intervensi dari orang tua dan para pendidik, maka mereka akan mengangggap   kenakalan itu sebagai sesuatu yang urgen dan harus dipertahankan. Oleh karena itu Imperatif Moral Emanuel Kant adalah konfigurasi moral yang hadir sebagai solusi untuk meretas kenakalan remaja di Indonesia sehingga dapat menciptakan kehidupan harmonis serta kohesi sosial masyarakat.   I.      PENDAHULUAN Berbicara tentang moral bukanlah hal asing bagi kita, melainkan sesuatu yang dianggap urgen dan wajiib untuk dipelajari semua orang terle...

BRAHMANISME DAN BUDDHISME

https://akademicailmiah.blogspot.com/2020/09/brahmanisme-dan-buddhisme.html                BRAHMANISME DAN BUDDHISME Oleh:Hironimus Janggu I.  PENGA N TAR Sejarah kehidupan manusia tidak dapat disangkalli bahwa telah muncul berbagai aliran berpikir seiring lahirnya perkembangan peradaban manusia tersebut . Manusia mulai memikirkan berbagai hal yang bukan saja bersifat material t e tapi juga beralih pada refleksi hidup yang lebih mendalam atas karya alam semesta. Fenomena kosmik mulai direfleksikan sebagai bagian inheren dari realitas ke hidup an . Dalam hal ini a lam pun dipersonifikasi sesuai dalam hubungan dengan kebutuhan manusia. Ha l ini juga berimbas pada kenyataan hidup   yang memberi gambaran mendalam mengenai hidup yang muncul dalam berbagai pemikiran diberbagai belahan dunia. Pemikiran filosofis seperti ini terdapat pada zaman poros yang terjadi sekitar abad 6 - 4 SM . [1] Aliran berpikir mulai muncul sesuai denga...